Sejarah Perseteruan Sheikh Hasina dan Khaleda Zia, Dua Wanita Kuat di Pusaran Politik Bangladesh

DHAKA – Pemimpin perempuan pertama Bangladesh, Khaleda Zia, dibebaskan dari tahanan rumah pada hari Selasa (06/08/2024), sehari setelah musuh bebuyutannya, Sheikh Hasina, mengundurkan diri sebagai perdana menteri (PM) dan melarikan diri. Ini menjadi satu lagi perubahan dalam kisah “Pertempuran Begum” yang telah berlangsung puluhan tahun untuk menguasai Bangladesh.

Dilansir dari Reuters, kantor Presiden Mohammed Shahabuddin mengatakan bahwa Khaleda, kepala oposisi utama Partai Nasionalis Bangladesh, telah dibebaskan setelah berdiskusi dengan para kepala pertahanan dan politisi.

Hasina, 76 tahun, dan Khaleda, 78 tahun, telah mendominasi negara tersebut sejak 1991. Keduanya berganti-ganti kekuasaan setelah mewarisi gerakan politik dari dua penguasa yang dibunuh yang memimpin Bangladesh dalam dekade pertamanya. Sheikh Hasina memimpin Liga Awami ayahnya, pendiri negara Mujibur Rahman, yang dibunuh pada tahun 1975.

Khaleda mengambil alih BNP dari suaminya Ziaur Rahman, yang terbunuh pada tahun 1981. Perseteruan mereka, yang dikenal sebagai “Pertempuran Begum” yang menggunakan sebutan kehormatan Asia Selatan untuk wanita berpangkat tinggi, telah membayangi politik Bangladesh selama beberapa dekade.

Sejak Hasina menang pada tahun 2009, Khaleda telah menghadapi serangkaian tuntutan pidana dan penjara, menarik diri dari kehidupan publik dan meninggalkan putra sulungnya yang diasingkan sebagai penjabat pemimpin gerakan politiknya.

Ia dan Hasina bergandengan tangan untuk memimpin pemberontakan rakyat demi demokrasi yang menggulingkan penguasa militer Hossain Mohammad Ershad dari kekuasaan pada tahun 1990. Namun persaingan politik memperburuk hubungan tersebut, yang memicu perseteruan sejak saat itu.

Pada tahun 1991, Bangladesh menyelenggarakan apa yang disebut sebagai pemilihan umum bebas pertamanya. Khaleda memenangkan kemenangan yang mengejutkan atas Hasina, setelah memperoleh dukungan dari sekutu politik Islam.
Dengan demikian, ia menjadi perdana menteri wanita pertama Bangladesh, wanita kedua yang memimpin pemerintahan demokratis di negara yang sebagian besar Muslim setelah Benazir Bhutto dari Pakistan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *